Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

KONSEP ZERO WASTE

Zero Waste  merupakan konsep pengelolaan sampah yang didasarkan pada kegiatan daur ulang (Recycle). Pengelolaan sampah ini dilakukan dengan mengelola produk dan proses secara sistematis untuk mencegah dan mengliminasi toksisitas limbah dan materia agar dapat dimanfaatkan kembali. Tujuan program ini ialah untuk meminimalisasi sampah yang dialokasikan ke TPA atau dibakar agar mengurangi timbunan sampah yang membebani TPA dan lingkungan. Pada dasarnya, zero waste bukan teknik pengelolaan hingga tidak ada lagi sampah yang dihasilkan karena tidak ada aktivitas manusia yang tidak menghasilkan sampah. Akan tetapi, konsep zero waste ini lebih menekankan pada upaya pengurangan jumlah sampah yang masuk ke TPA hingga seminimal mungkin bahkan jika memungkinkan hingga nol sampah. Pengelolaan Sampah Secara Zero Waste Pengelolaan secara zero waste merupakan pengelolaan dengan melakukan pemilahan, pengomposan dan pengumpulan barang layak jual. Pemilahan Pemilahan diawal ketika adanya sa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU PANGAN

Kebiasaan pangan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan, baik itu dari faktor internal maupun external. Sehingga, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain.  Kebiasaan makan bukanlah bawaan sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar.  Biasanya, perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti: Agama Perbedaan antar agama dapat mempengaruhi kebiasan pangan seseorang. Sebagai contoh, bagi kaum muslim, terdapat pantangan untuk mengkonsumsi babi karena ajaran agamanya. Dilain pihak, kaum Hindu dilarang untuk mengonsumsi sapi dikarenakan sapi dianggap sebagai hewan suci. Ekonomi Selain agama, ekonomi juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan pangan seseorang. Kondisi ekonomi seseorang pasti akan mempengaruhi kebiasaan pangannya. Hal ini dapat dilihat mulai dari jumlah konsumsi pangan, jenis pangan yang dikonsumsi, hingga nutrisi yang

MAKANAN KHAS INDONESIA HASIL ASIMILASI BUDAYA

Sebagai pembentuk dan penanda identitas kebudayaan suatu daerah, makanan (termasuk bahan pangan yang dapat dikonsumsi) merupakan bagian dari budaya masyarakat yang digolongkan sebagai bagian dari kebudayaan materiil   dan aspek sistem peralatan hidup. Menurut Den Hartog pada tahun 2006, makanan merupakan bagian yang menyatu antara budaya kelompok, agama dan bangsa. Pemaknaan tersebut menandai konsep mendasar mengenai makanan tradisional. Dalam sudut pandang ilmu pangan, ada kecenderungan bagi masyarakat untuk memperkenalkan makanan tradisional dari daerah mereka masing-masing, namun karena masifnya makanan modern dan makanan instan serta perubahan posisi makanan sebagai simbol ekspresi belaka, sehingga masyarakat memilih makanan tersebut menjadi konsumsi sehari-hari dan cenderung melupakan makanan khas daerahnya. Berikut merupakan beberapa contoh makanan khas Indonesia yang menjadi hasil dari asimilasi budaya: Siomay Siomay merupakan salah satu jenis dim sum yang digemari oleh m

MAKANAN KHAS BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA

Dikenal sebagai negara yang memiliki  aneka ragam suku bangsa, ras, dan kebudayan menjadikan Indonesia memiliki berbagai macam keunikan dan keanekaragaman budaya, seperti tari-tarian, pakaian, ataupun makanan. Berikut merupakan 5 makanan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia: Soto Betawi Soto betawi merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari daerah Jakarta. Seperti halnya  soto Madura  dan  soto sulung , soto Betawi dalam penyajiannya juga menggunakan  jeroan . Namun, daging sapi juga menjadi bahan campuran dalam soto Betawi. Uniknya, kuah dari soto ini berwarna putih dikarenakan menggunakan santan dan susu. Kedua campuran inilah yang membuat rasa soto Betawi begitu khas. D alam penyajiannya, biasanya soto Betawi akan ditambahkan dengan kentang, tomat, daun bawang, bawang goreng dan emping sebagai pelengkap. Lepet Lepet merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari daerah Sunda. Lepet ini terbuat dari ketan yang dicampur dengan kacang dan dimasa