Langsung ke konten utama

Proses Pengolahan Makanan

Tujuan proses pengolahan makanan :
-         -  Menambah nilai tambah makanan jika dikonsumsi
-         -  Memperpanjang daya simpan

Proses pembuatan tepung tapioka secara modern :
  1.  Pemetikan ubi kayu > misalnya 5 kg ubi kayu dapat menghasilkan 1 kg tepung tapioka.
  2. Pencucian dan pengupasan ubi kayu. Kulit ari ubi kayu dan tanah yang terkelupas akan dibuang bersama air melalui sela-sela kerangkeng.
  3. Ubi kayu yang sudah dikupas dihancurkan.
  4. Hasil penghancuran berupa bubur singkong disalurkan ke ekstraktor berupa penyaring sentrifugal. Ke dalam ekstraktor juga dimasukkan air. Ampas yang tidak tersaring dibuang bersama kulit dan tanah yang dibuang tadi. Apabila dikeringkan, hasil pembuangan ini dapat dijadikan pakan ternak. Hasil penyaringan berupa cairan partikel kasar disalurkan ke separator.
  5. Di separator, cairan dipisahkan dari larutan protein dengan nozzle. Larutan protein harus dibuang untuk mencegah kebusukan. Larutan protein ini dicampurkan bersama air yang dimasukkan ke dalam ekstraktor. Hasil separator berupa campuran tapioka bebas protein dengan air disalurkan ke sentrifugal selanjutnya.
  6. Campuran tapioka dibuang airnya sehingga tersisa tapioka kental. Air yang dibuang dicampur dengan larutan protein dan air dalam ekstraktor.
  7. Tapioka kental disalurkan ke dalam oven untuk dipanaskan dan dibuang uap airnya. Di dalam oven juga terdapat penggiling sehingga pemanasan sekaligus penghancuran dapat dilakukan sekaligus.
  8. Dihasilkan tepung tapioka.

Proses pembuatan tepung tapioka secara tradisional yang dijemur berhari-hari memiliki daya mengembang yang lebih tinggi sehingga perusahaan pembuat krupuk lebih memilih tepung tapioka yang dibuat secara tradisional. Akan tetapi, kelemahan proses secara tradisional ini yaitu jumlah mikroba yang banyak.

Proses pembuatan kopi :
1. Pemetikan biji kopi > Sortasi biji kopi berdasarkan warna (menggunakan sortek)
    > Sortasi dapat dilakukan dengan mesin bernama sortek (sortasi teknologi). Dengan menggunakan ban berjalan, biji kopi ditembak dengan sinar untuk memisahkan biji kopi berdasarkan warna. Biji kopi yang sudah matang berwarna merah, sedangkan biji kopi yang mentah berwarna hijau.

2. Proses pembuatan kopi dapat melalui 2 cara :
  • Proses kering : biji kopi setelah sortasi langsung dijemur. Setelah dijemur dapat langsung ditumbuk untuk mengupas kulitnya. Setelah itu langsung digoreng. Biji kopi yang masih berwarna hijau dapat diproses dengan proses kering. Akan tetapi kualitas yang dihasilkannya kurang bagus.
  • Proses basah : biji kopi setelah sortasi direndam dalam air. Saat perendaman terjadi proses fermentasi sebagai awal pembentukan aroma kopi. Setelah direndam, kulit biji kopi dapat dikupas dan daging biji kopi langsung digoreng.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaledo (Kaki Lembu Donggala) - Makanan Khas Sulawesi Tengah

Kaledo merupakan makanan khas Sulawesi Tengah, tepatnya di Donggala, Kota Palu yang berupa sop bening tulang kaki sapi dan sumsumnya yang disajikan saat masih panas. Bumbu-bumbu yang digunakan berupa cabe rawit, dan asam mentah yang terlebih dahulu direbus dan dihaluskan, serta garam secukupnya. Makanan ini banyak dihidangkan pada hari-hari besar oleh masyarakat Sulawesi Tengah, seperti Lebaran atau Idul Fitri. Biasanya, penyajiannya dipadukan dengan Burasa (nasi santan yang dibungkus daun pisang). Selain itu, kaledo khas Palu ini juga biasa dikonsumsi dengan singkong atau ubi rebus (Tjota, dkk., 2017) . Salah satu mata pencaharian Donggala adalah ternak sapi. Donggala memiliki ternak sapi yang khas yang dinamakan sapi Donggala. Sapi Donggala telah dibudidayakan secara turun-temurun, sehingga menjadi kekayaan sumber daya genetik ternak Indonesia. Sumber mata pencaharian inilah yang menciptakan suatu kuliner khas Donggala yang baru yang berbahan dasar daging sapi, yaitu Kaledo (Kak

TABLE MANNER

Table Manner  merupakan aturan etiket yang digunakan dalam sebuah jamuan makan yang terdiri dari beberapa tahap menu yang dihidangkan bergantian dari mulai pembuka (appetizer) sampai pada tahap penutup (dessert). Aturan dalam table manner mencakup penggunaan yang tepat dari peralatan makan. Selama ini table manner identik dengan acara jamuan makan resmi bergaya Barat. Sebenarnya tidak demikian. Etiket makan tidak hanya terdapat di negara-negara barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk Indonesia pun memiliki etiket makan masing-masing. Pertama kali, table manner diperkenalkan oleh Raja Louis dari Perancis yang memiliki kebiasaan mengadakan jamuan dan mengundang para bangsawan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Bagi bangsa Eropa, table manner merupakan aturan standar yang sering digunakan pada saat acara makan bersama di keluarga besar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi. Terdapat beberapa aturan  table manner  yang umum dipelajari,

MAKANAN KHAS INDONESIA HASIL ASIMILASI BUDAYA

Sebagai pembentuk dan penanda identitas kebudayaan suatu daerah, makanan (termasuk bahan pangan yang dapat dikonsumsi) merupakan bagian dari budaya masyarakat yang digolongkan sebagai bagian dari kebudayaan materiil   dan aspek sistem peralatan hidup. Menurut Den Hartog pada tahun 2006, makanan merupakan bagian yang menyatu antara budaya kelompok, agama dan bangsa. Pemaknaan tersebut menandai konsep mendasar mengenai makanan tradisional. Dalam sudut pandang ilmu pangan, ada kecenderungan bagi masyarakat untuk memperkenalkan makanan tradisional dari daerah mereka masing-masing, namun karena masifnya makanan modern dan makanan instan serta perubahan posisi makanan sebagai simbol ekspresi belaka, sehingga masyarakat memilih makanan tersebut menjadi konsumsi sehari-hari dan cenderung melupakan makanan khas daerahnya. Berikut merupakan beberapa contoh makanan khas Indonesia yang menjadi hasil dari asimilasi budaya: Siomay Siomay merupakan salah satu jenis dim sum yang digemari oleh m