Langsung ke konten utama

Mengenal Teh Lebih Dekat


Teh merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia. Teh juga merupakan salah satu minuman yang populer di Indonesia dan di seluruh dunia. Teh sudah lama dikonsumsi dan menjadi tradisi di kalangan masyarakat Indonesia. Daun teh yang telah dipetik akan melalui beberapa tahap pengolahan untuk menjadi teh siap seduh yang banyak ditemukan di pasaran. Lalu bagaimana asal mula munculnya teh; siapa yang menemukannya; mengapa teh mempunyai berbagai jenis hingga bagaimana teh dapat menjadi minuman yang paling disukai banyak orang? Yuk, kita simak penjelasan mengenai teh berikut ini..

Asal Mula Munculnya Istilah Teh

Pada dinasti Zhou (1115 SM), teh sudah dikenal sebagai ramuan obat. Namun pada saat itu, minuman tersebut belum memiliki nama resmi. Teh baru dieja secara lisan sebagai 'jia' pada Dinasti Han (206 SM - 220 SM). Jia memiliki arti minuman dengan rasa pahit. Ketika tiba masa Dinasti Tang, teh disebut sebagai 'cha'. Saat itu, teh berkembang di biara Zen Budha, tempat pendeta Jepang belajar seputar teh. Mereka kemudian membawa tradisi teh ke Jepang. Oleh karena itu, sebutan 'cha" untuk teh masih terus digunakan di Negeri Sakura. Contohnya, tradisi minum teh bangsa Jepang dikenal sebagai 'Cha No Yu'. Bangsa Eropa memiliki peran mempopulerkan istilah 'teh' yang kini dikenal di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebutan 'cha' dalam dialek Fujian dilafalkan sebagai Tey. Istilah tersebut kemudian berubah menjadi 'Tee' ketika bangsa Portugis datang ke sana. Lalu bangsa Inggris menyebutnya sebagai 'tea' dan bangsa Belanda melafalkannya menjadi 'Thee'. Hingga akhirnya di Indonesia dsebut sebagai 'Teh'.


Sejarah Teh

Minuman teh berasal dari China dan secara tidak sengaja ditemukan oleh Kaisar Shen Nung yang hidup di sekitar tahun 2737 SM. Saat Kaisar Shen Nung merebus air di bawah pohon suatu ketika, terdapat hembusan angin yang kuat dan menerbangkan daun-daun di sekitar tempat Kaisar Shen Nung duduk. Salah satu daun tersebut masuk ke dalam air yang sedang direbus dan ketika air rebusan tersebut diminum ternyata lebih nikmat dari air rebus biasa dan mampu memberikan rasa segar bagi tubuh. Secara kebetulan, daun yang masuk ke dalam air rebusan tersebut adalah daun teh dan sejak saat itu teh diperkenalkan dan disebarluaskan.

Teh pertama kali disebarluaskan dan diperkenalkan ke dunia pada masa kerajaan atau Dinasti Han, Tang, Song, dan Yuan. Penyebaran tersebut dilakukan melalui pertukaran kebudayaan di sepanjang Jalur Sutera. Pada tahun 14 M sepanjang jalur sutera Asia Tengah ke Cina, buruh-buruh serta pekerja seperti petani dan pedagang kerap menyempatkan diri untuk mampir ke kedai teh pada sore hari dipinggir jalan (Indari, 2018) .Teh di Indonesia sendiri mulai dikenal sejak tahun 1686 oleh Dr. Andreas Cleyer berkebangsaan Belanda. Namun pada saat itu, teh hanya dilihat sebagai tanaman hias. Kemudian pada tahun 1828, Gubernur Van Den Bosch mengharuskan rakyat Indonesia untuk menanam tanaman teh melalui sistem politik tanam paksa (Cultuur Stelsel).

Asal Mula Terciptanya Teh Wangi

Beberapa perkebunan yang terdapat di Indonesia merupakan peninggalan dari zaman Belanda. Mayoritas perkebunan menanam teh untuk dijadikan teh hitam. Teh yang dihasilkan kemudian sebagian besar diekspor, sementara daun teh sisa atau pun yang dihasilkan dari perkebunan kecil milik rakyat dijadikan teh hijau. Teh hijau memiliki bau langu yang kurang disukai, selain itu kualitas daun sisa ekspor tersebut rendah, sehingga oleh masyarakat Indonesia diberi tambahan bunga melati untuk menutupi bau tersebut dan meningkatkan kualitas rasa. Teh jenis terakhir tersebut kemudian dikenal sebagai teh wangi. Namun, tambahan yang diberikan tidak selalu bunga melati. Sebagai contoh, di daerah Jawa Tengah daun teh dicampur melati, sementara di Sumatra daun teh tersebut dicampur dengan vanila.
Source : dokumen pribadi

Fungsional Teh

Teh merupakan salah satu jenis minuman yang berbeda dengan minuman lain karena memiliki beberapa sisi fungsional. Sisi fungsional pertama adalah dari segi tradisi yang dimiliki. Tradisi teh banyak ditemukan dan dikenal di negara-negara seperti Jepang, China, dan Indonesia. Di Indonesia, seperti di Jogja, terdapat tradisi mochi dimana teh disajikan bersama mochi sebagai teman minum. Selain itu, sisi fungsional teh yang lain adalah sebagai pelepas dahaga dan untuk menjaga kesehatan.

Jenis-Jenis Teh di Indonesia

Secara umum, teh dibagi menjadi 3 jenis yaitu teh hitam, teh hijau dan teh putih. Namun pada kenyataannya, terdapat 6 jenis teh yang berasal dari tanaman yang sama yaitu teh putih, teh hijau, teh oolong, teh pu erh, teh hitam, dan teh kuning (Soemantri, 2013). Teh putih merupakan teh yang berasal dari pucuk teratas dan pertama dari pohon teh dan sifatnya sangat langka (Widyasanti, Marpaun, & Nurjanah, 2016). Teh putih hanya mengalami 2 proses yaitu pelayuan dan pengeringan (Zakki, 2017). Disisi lain, teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi, berasal dari pucuk daun teh yang sebelumnya mengalami proses pemanasan dengan uap air untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase. Teh hijau sama sekali tidak melalui proses fermentasi berkebalikan dengan teh hitam yang mengalami proses fermentasi sempurna. Teh oolong yang cukup terkenal melalui proses semi fermentasi dan diolah dengan cara dilayukan terlebih dahulu pada suhu 160oC hingga 240oC selama 3 hingga 7 menit, kemudian digulung dan dikeringkan. Pada proses pembuatannya, daun teh dipanaskan secara cepat untuk menghentikan proses fermentasi setelah dilakukan proses penggulungan sehingga didapatkan karakteristik teh diantara teh hijau dan teh hitam (Dewi, 2008). Teh kuning banyak dijumpai di daerah Anhui dan Hunan, Cina. Dalam proses pembuatannya, dibutuhkan ketelitian yang tinggi dan waktu yang lama. Pada proses pembuatan teh kuning, terdapat tambahan proses men huan yaitu proses memberikan uap secara terus menerus secara perlahan kemudian ditutup dengan sebuah kain. Pada proses ini teh akan memiliki rasa yang manis, lembut dan sensasi astringency menjadi hilang. Sedangkan teh Pu Erh merupakan jenis teh yang sangat terkenal di negara-negara Asia Selatan dan Cina. Teh Pu Erh memiliki kandungan kafein yang tinggi yang dapat mempertajam kewaspadaan dan ketelitian bagi yang mengonsumsinya (Djojosoemarno, Utami dan Kuswanto, 2015). Dalam proses pembuatannya, teh Pu Erh mengalami fermentasi padat sehingga menghasilkan karakteristik yang unik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaledo (Kaki Lembu Donggala) - Makanan Khas Sulawesi Tengah

Kaledo merupakan makanan khas Sulawesi Tengah, tepatnya di Donggala, Kota Palu yang berupa sop bening tulang kaki sapi dan sumsumnya yang disajikan saat masih panas. Bumbu-bumbu yang digunakan berupa cabe rawit, dan asam mentah yang terlebih dahulu direbus dan dihaluskan, serta garam secukupnya. Makanan ini banyak dihidangkan pada hari-hari besar oleh masyarakat Sulawesi Tengah, seperti Lebaran atau Idul Fitri. Biasanya, penyajiannya dipadukan dengan Burasa (nasi santan yang dibungkus daun pisang). Selain itu, kaledo khas Palu ini juga biasa dikonsumsi dengan singkong atau ubi rebus (Tjota, dkk., 2017) . Salah satu mata pencaharian Donggala adalah ternak sapi. Donggala memiliki ternak sapi yang khas yang dinamakan sapi Donggala. Sapi Donggala telah dibudidayakan secara turun-temurun, sehingga menjadi kekayaan sumber daya genetik ternak Indonesia. Sumber mata pencaharian inilah yang menciptakan suatu kuliner khas Donggala yang baru yang berbahan dasar daging sapi, yaitu Kaledo (Kak

TABLE MANNER

Table Manner  merupakan aturan etiket yang digunakan dalam sebuah jamuan makan yang terdiri dari beberapa tahap menu yang dihidangkan bergantian dari mulai pembuka (appetizer) sampai pada tahap penutup (dessert). Aturan dalam table manner mencakup penggunaan yang tepat dari peralatan makan. Selama ini table manner identik dengan acara jamuan makan resmi bergaya Barat. Sebenarnya tidak demikian. Etiket makan tidak hanya terdapat di negara-negara barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk Indonesia pun memiliki etiket makan masing-masing. Pertama kali, table manner diperkenalkan oleh Raja Louis dari Perancis yang memiliki kebiasaan mengadakan jamuan dan mengundang para bangsawan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Bagi bangsa Eropa, table manner merupakan aturan standar yang sering digunakan pada saat acara makan bersama di keluarga besar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi. Terdapat beberapa aturan  table manner  yang umum dipelajari,

MAKANAN KHAS INDONESIA HASIL ASIMILASI BUDAYA

Sebagai pembentuk dan penanda identitas kebudayaan suatu daerah, makanan (termasuk bahan pangan yang dapat dikonsumsi) merupakan bagian dari budaya masyarakat yang digolongkan sebagai bagian dari kebudayaan materiil   dan aspek sistem peralatan hidup. Menurut Den Hartog pada tahun 2006, makanan merupakan bagian yang menyatu antara budaya kelompok, agama dan bangsa. Pemaknaan tersebut menandai konsep mendasar mengenai makanan tradisional. Dalam sudut pandang ilmu pangan, ada kecenderungan bagi masyarakat untuk memperkenalkan makanan tradisional dari daerah mereka masing-masing, namun karena masifnya makanan modern dan makanan instan serta perubahan posisi makanan sebagai simbol ekspresi belaka, sehingga masyarakat memilih makanan tersebut menjadi konsumsi sehari-hari dan cenderung melupakan makanan khas daerahnya. Berikut merupakan beberapa contoh makanan khas Indonesia yang menjadi hasil dari asimilasi budaya: Siomay Siomay merupakan salah satu jenis dim sum yang digemari oleh m