Dimensi pembangunan
ditujukan pada upaya kebijakan dan program yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas manusia yang unggul. Oleh karena itu, salah satu prioritas dari pembangunan
bangsa ini ialah pembangunan karakter bangsa, yang dapat ditentukan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat bangsa ini.
Kekurangan gizi pada usia dini akan berdampak pada perkembangan anak dan selanjutnya akan berdampak pula pada perkembangan potensi diri pada usia produktif (Puan Maharani S.Sos, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan). Masalah gizi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kemiskinan, kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih, keluarga berencana, dan masih banyak faktor lainnya. Sehingga, permasalahan perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya dari berbagai sektor yang membutuhkan kesinergian dan harus terkoordinasi dengan baik. Upaya dalam percepatan perbaikan gizi pada masyarakat akan diarahkan pada penyusunan program prioritas di kementerian terkait, yaitu mobilisasi sumber dana, sarana dan daya, advokasi serta pendidikan masyarakat untuk program perbaikan gizi.
Pemerintah telah menyiapkan target untuk perbaikan gizi masyarakat. Target itu antara lain: menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, dari yang semula 359 menjadi 306 pada tahun 2019; menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup dari yang semula 32 menjadi 24 pada tahun 2019; menurunnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita, dari yang semula 19,6% menjadi 17% pada tahun 2019; dan menurunnya prevalensi stunting pada anak di bawah 2 tahun, dari yang semula 33% menjadi 28% pada tahun 2019.
"Semua target itu, tidak akan bisa terwujud jika seluruh kementerian dan lembaga tidak bersungguh-sungguh dalam memberikan dukungan dan membangun komitmen bersama dalam melaksanakan gerakan percepatan perbaikan gizi” (Puan M,2015)
Sejalan dengan hal tersebut, Menteri PPN atau Kepala Bappenas, Drs. Andrinof Achir Chaniago, M.Si, menyatakan bahwa perlu adanya peningkatan tiga dimensi utama untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang unggul, yaitu aspek kecerdasan, kesehatan fisik dan ketahanan mental. Masalah gizi masuk ke dalam tiga dimensi tersebut. Gizi sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan manusia, menyehatkan fisik serta menguatkan mental dan perilaku manusia.
Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, yang diwakili oleh Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menjelaskan bahwa gizi merupakan pondasi yang sangat penting dan memiliki peran yang cukup besar dalam bebagai aspek, sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap pembangunan suatu bangsa. Diantaranya: 1) Investasi gizi pada remaja perempuan dapat meningkatkan statusnya dimasa yang akan datang saat menjadi seorang ibu dan bermanfaat bagi keluarga kecilnya nanti sebagai cikal bakal pencetakan sumber daya manusia; 2) Perhatian khusus pada gizi dapat berdampak langsung pada keuntungan di bidang pertanian dengan adanya peningkatan produksi untuk penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan makanan yang berbasis pangan lokal; 3) Perbaikan gizi merupakan sebuah langkah awal dalam pengembangan SDM dan penurunan angka kemiskinan; 4) Gizi yang cukup dapat memperbaiki kondisi tubuh manusia pasca konflik; 5) Program perbaikan gizi merupakan sebuah proses partisipasi bangsa yang mengedepankan HAM; dan 6) Gizi yang cukup dapat meningkatkan imunitas tubuh dan berguna untuk pencegahan penyakit tidak menular (PTM).
Hubungan antara gizi dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang artinya bahwa gizi dapat menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula sebaliknya kondisi suatu bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya. Gizi memiliki kaitannya dengan pembangunan suatu bangsa yang khususnya pada sumber daya manusia, karena gizi merupakan sentra untuk pembangunan manusia. Seseorang dengan pola hidup yang didukung oleh gizi yang cukup sesuai kebutuhan, maka akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (fisik yang sehat, cerdas, kreatif, produktivitas tinggi). Sedangkan kekurangan gizi pada awal kehidupan akan berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan kekurangan gizi dapat menyebabkan gagalnya proses pertumbuhan, berat badan lahir rendah (BBLR), kecil, pendek, kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah. Dalam proses perkembangannya, seorang anak yang kekurangan gizi akan mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif dan kegagalan dalam dunia pendidikan sehingga akan berakibat fatal pada rendahnya tingkat produktivitas di masa mendatang. Kurang gizi yang dialami pada awal kehidupan manusia juga akan berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik, yang akan berakhir pada penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, dan penyakit lainnya saat memasuki usia dewasa.
Apabila semua penduduk suatu bangsa memiliki tingkat kecukupan gizi yang cukup sehingga dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal, maka akan lahir penduduk dengan kualitas yang baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas karena hal ini merupakan sebuah unsur utama dalam pembangunan suatu bangsa.
sumber: http://www.depkes.go.id/article/print/15021300004/status-gizi-pengaruhi-kualitas-bangsa.html diakses pada tanggal 6 Oktober 2016 pukul 22:47
Komentar
Posting Komentar