Langsung ke konten utama

KONTRIBUSI "PERTANIAN KECIL" PADA PRODUKSI PANGAN GLOBAL


Populasi Indonesia semakin hari semakin mengalami peningkatan. Pada tahun 2050, diperkirakan populasi akan mengalami peningkatan hingga mencapai 9,1 milyar, sehingga diperlukan adanya peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Terdapat pertanian kecil (lahan pertanian dengan rerata luas lahan kurang dari 2 hektar) telah berkontribusi terhadap 70% total pemenuhan kalori di dunia. Namun, hal tersebut tidak memberikan perbedaan yang nyata karena para petani kecil justru mengalami kemiskinan, buruknya keamanan pangan, serta adanya keterbatasan akses ke pasar.

Sebenarnya indikator suatu pertanian dinyatakan kecil pada beberapa negara berbeda-beda, namun pada penelitian yang dilakukan Samberg, dkk. (2016), pertanian kecil ditunjukkan dengan indikator luas lahan kurang dari 5 hektar. Berdasarkan hasil pemetaan pada penelitian tersebut, terdapat sekitar 28% lahan pertanian di 83 negara yang dibudidayakan oleh 383 juta rumah tangga. Peran unit pertanian kecil pada pangan global ini sangatlah besar karena pertanian kecil dapat menyumbang >80% produksi beras global; 75% produksi kacang tanah dan kelapa sawit global; hampir 70% produksi millet dan ubi kayu global; dan lebih dari 40% produksi kapas dan tebu global. Bahkan tercatat bahwa pertanian kecil di 83 negara ikut berkontribusi dalam 70% dari total produksi kalori global dan 53% konsumsi kalori global.


Akan tetapi, meski memiliki peran yang besar untuk pangan global, kehidupan para petani tidak dapat dikatakan sejahtera. Hal ini disebabkan karena kurang maksimalnya atau bahkan tidak tersedianya akses yang menghubungkan pertanian ke pasar untuk menjual hasil pertaniannya. Padahal sektor pertanian skala kecil dapat mengurangi kemiskinan, yaitu dengan meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menurunkan harga bahan pangan di pasar. Oleh karena itu diperlukannya tindakan dan kebijakan yang mendukung serta meningkatkan pertanian kecil. Pada tahun 2013, The High Level Panel of Experts on Food Security and Nutrition yang dibawahi oleh FAO, menerbitkan "Investing in Smallholder Agriculture for Food Security" yang merupakan salah satu bentuk investasi yang dilakukan guna meningkatkan produktivitas dan mengatasi masalah kelangkaan lahan. Berbagai bentuk investasi ini sangat diperlukan guna membantu dalam mengatasi masalah kelangkaan lahan yang ada serta meningkatkan produktivitas.


Sumber:
Samberg, L.H., Gerber, J.S., Ramankutty, N., Herrero, M., dan West, P.C. 2016. Subnational Distribution of Average Farm Size and Smallholder Contributions to Global Food Production. Environmental Research Letters, 11(12).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaledo (Kaki Lembu Donggala) - Makanan Khas Sulawesi Tengah

Kaledo merupakan makanan khas Sulawesi Tengah, tepatnya di Donggala, Kota Palu yang berupa sop bening tulang kaki sapi dan sumsumnya yang disajikan saat masih panas. Bumbu-bumbu yang digunakan berupa cabe rawit, dan asam mentah yang terlebih dahulu direbus dan dihaluskan, serta garam secukupnya. Makanan ini banyak dihidangkan pada hari-hari besar oleh masyarakat Sulawesi Tengah, seperti Lebaran atau Idul Fitri. Biasanya, penyajiannya dipadukan dengan Burasa (nasi santan yang dibungkus daun pisang). Selain itu, kaledo khas Palu ini juga biasa dikonsumsi dengan singkong atau ubi rebus (Tjota, dkk., 2017) . Salah satu mata pencaharian Donggala adalah ternak sapi. Donggala memiliki ternak sapi yang khas yang dinamakan sapi Donggala. Sapi Donggala telah dibudidayakan secara turun-temurun, sehingga menjadi kekayaan sumber daya genetik ternak Indonesia. Sumber mata pencaharian inilah yang menciptakan suatu kuliner khas Donggala yang baru yang berbahan dasar daging sapi, yaitu Kaledo (Kak

TABLE MANNER

Table Manner  merupakan aturan etiket yang digunakan dalam sebuah jamuan makan yang terdiri dari beberapa tahap menu yang dihidangkan bergantian dari mulai pembuka (appetizer) sampai pada tahap penutup (dessert). Aturan dalam table manner mencakup penggunaan yang tepat dari peralatan makan. Selama ini table manner identik dengan acara jamuan makan resmi bergaya Barat. Sebenarnya tidak demikian. Etiket makan tidak hanya terdapat di negara-negara barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk Indonesia pun memiliki etiket makan masing-masing. Pertama kali, table manner diperkenalkan oleh Raja Louis dari Perancis yang memiliki kebiasaan mengadakan jamuan dan mengundang para bangsawan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Bagi bangsa Eropa, table manner merupakan aturan standar yang sering digunakan pada saat acara makan bersama di keluarga besar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi. Terdapat beberapa aturan  table manner  yang umum dipelajari,

MAKANAN KHAS INDONESIA HASIL ASIMILASI BUDAYA

Sebagai pembentuk dan penanda identitas kebudayaan suatu daerah, makanan (termasuk bahan pangan yang dapat dikonsumsi) merupakan bagian dari budaya masyarakat yang digolongkan sebagai bagian dari kebudayaan materiil   dan aspek sistem peralatan hidup. Menurut Den Hartog pada tahun 2006, makanan merupakan bagian yang menyatu antara budaya kelompok, agama dan bangsa. Pemaknaan tersebut menandai konsep mendasar mengenai makanan tradisional. Dalam sudut pandang ilmu pangan, ada kecenderungan bagi masyarakat untuk memperkenalkan makanan tradisional dari daerah mereka masing-masing, namun karena masifnya makanan modern dan makanan instan serta perubahan posisi makanan sebagai simbol ekspresi belaka, sehingga masyarakat memilih makanan tersebut menjadi konsumsi sehari-hari dan cenderung melupakan makanan khas daerahnya. Berikut merupakan beberapa contoh makanan khas Indonesia yang menjadi hasil dari asimilasi budaya: Siomay Siomay merupakan salah satu jenis dim sum yang digemari oleh m