Papeda merupakan salah satu makanan khas Maluku dan Papua
yang menjadi makanan pokok yang terbuat dari pati sagu yang diekstrak dari Metroxylon sagu. Papeda memiliki tekstur seperti lem dengan rasa yang hambar, dan
kaya akan nutrisi. Konsistensi Papeda terbentuk dari pati sagu yang
menghasilkan gel karena proses gelatinisasi. Pati sagu mengandung sekitar
27% amilosa dan 73% amilopektin, dimana kadar amilosa tersebut berpengaruh pada
daya serap air sedangkan kadar amilopektin berpengaruh terhadap swelling power
(kemampuan pati untuk mengembang).
Papeda adalah singkatan dari Papua Penuh Damai.
Bagi masyarakat pesisir, terutama Sentani, papeda memiliki peran sebagai pembawa
damai. Hal ini dikarekanan, papeda merupakan makanan yang disajikan pada saat
terjadi perkelahian. Setelah perkelahian selesai, diadakanlah acara makan
bersama sebagai bentuk damai. Papeda akan disajikan dalam wadah besar sehingga
semua orang yang hadir akan berkumpul dan berputar untuk menikmati papeda
bersama-sama. Peristiwa ini merupakan nilai budaya yang diwarisi dari generasi
ke generasi oleh nenek moyang masyarakat Papua.
Bagi masyarakat Sentani, sagu menjadi alat
bernilai tinggi terutama dalam proses pengolahannya. Pemrosesan sagu ini
menciptakan suasana yang harmonis. Dalam proses pengolahan, komunitas laki-laki
akan berkerja menebang pohon sagu dan melabuhkannya, sementara para wanita akan
memeras empulur batang sagu yang disebut ela atau mele untuk menghasilkan
tepung sagu yang akan dikonsumsi oleh banyak orang. Melalui proses tersebut, masyarakat
secara tidak langsung diajarkan untuk membangun harmoni, meningkatkan kerja
sama, dan membangun komunitas atau aliansi yang harmonis.
Masyarakat
Papua memiliki cara makan yang berbeda di setiap daerahnya. Di desa Abor, dekat
Danau Sentani, papeda dimakan menggunakan mangkuk kecil / sedang yang terbuat
dari tanah liat yang sering disebut periuk. Sedangkan di Kabupaten Keerom, papeda
dimakan bersamaan dengan disajikannya sup ikan kuning sebagai sajian makan
malam.
Proses
pembuatan papeda (1 porsi/orang), biasanya masyarakat Papua akan menggunakan
tepung sagu yang telah dikeringkan terlebih dahulu agar karakteristiknya tidak berubah selama pemrosesan. Kemudian, campurkan
150 g tepung sagu ke dalam campuran 50 mL air mendidih dan garam secukupnya,
lalu masak dan aduk perlahan hingga mengental atau menggumpal. Selama proses
pengadukan, masyarakat Papua menggunakan dua batang kayu dengan terus
menggulungnya satu demi satu sampai tepung menjadi kental. Tambahkan jeruk
nipis sesuai selera. Saat dimasak, warna sagu akan berubah menjadi pasta yang
lebih transparan. Setelah mengental, papeda siap dimakan selagi hangat.
Untuk menambah cita rasa,
pada umumnya papeda dimakan bersama sup ikan kuah kuning. Pembuatan ikan kuah kuning
(1 porsi/orang) menggunakan bahan-bahan
seperti 300 g ikan tongkol atau kakap merah, 5
siung bawang merah, 4 siung bawang putih, 2 butir kemiri, 3 g jahe parut, 2
batang serai, 2 lembar daun jeruk, 2 lembar daun salam, 5 sdm minyak goreng,
cabe rawit secukupnya, garam secukupnya, gula secukupnya, dan 500 mL air.
Proses pengolahannya,
haluskan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe parut,
dan kemiri. Selanjutnya, tumis bumbu halus dengan ikan tongkol hingga harum dan
matang selama 7 hingga 10 menit. Ikan kuah kuning siap disantap bersama papeda.
source : Otniel Yosia
Komentar
Posting Komentar