Langsung ke konten utama

GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (GSCM)


Adanya manajemen rantai pasok pada sebuah industri menjadi hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan manajemen rantai pasok (supply chain management) merupakan suatu integrasi dan pengaturan dari rantai pasok secara keseluruhan. Rantai pasok itu sendiri ialah segala kegiatan yang mencakup aliran dan transformasi barang dari bahan baku hingga diterima konsumen.

Berdasarkan adanya perkembangan dan timbulnya masalah lingkungan, menjadikan manajemen rantai pasok mulai mengambil aspek lingkungan sebagai salah satu fokus masyarakat, yaitu dikenal sebagai green supply chain management (GSCM)
GSCM merupakan praktik rantai pasok yang lebih berprinsip pada pemasukan komponen ''hijau'' kedalam rantai pasok yang berhubungan dengan lingkungan. Praktik rantai pasok ini difokuskan kepada peningkatan efesiensi operasional serta pengurangan limbah. Hal tersebut dikarenakan alasan ekonomi, dimana dengan adanya limbah dapat memberikan dampak kerugian ekonomi yang lebih besar. Limbah seperti bahan kimia berbahaya, emisi, ataupun limbah padat agar dapat dimimalisir atau dihilangkan. Pendorong utama diterapkannya GSCM ialah untuk :
1.      Mengurangi biaya 
2.      Adanya manajemen risiko perusahaan 
3.      Meningkatkan citra produk atau merek perusahaan 
4.      Adanya pembatasan pembelian internasional
5.      Adanya tekanan/tuntutan dari pelanggan 

Dalam penerapan praktiknya, GSCM dibagi menjadi 2, yaitu praktik pro-aktif dan re-aktif.

1.      Praktik pro-aktif
merupakan salah satu bentuk tindakan produsen yang mendukung terlaksananya GSCM.
·       Green purchasing practice
Praktik pemilihan dan pembelian bahan baku dari supllier yang telah memiliki kompetensi dalam persyaratan lingkungan, contohnya telah mendapatkan sertifikasi ISO 14001.
·       Green manufacturing practice (eco-design)
Praktik proses produksi dengan menggunakan material yang berdampak rendah pada lingkungan, efisien, dan menghasilkan limbah atau polusi seminimal mungkin. Praktik ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu produk dan kemasan.
·       Green distribution
Praktik pendistribusian barang yang memberikan dampak atau polusi seminimal mungkin pada lingkungan. Praktik ini erat kaitannya dengan penggunaan kemasan yang efisien dan efektif karena dapat mempengaruhi efisiensi pada distribusi.
·       Reverse logistics
Praktik mengumpulkan dan menggunakan kembali bahan-bahan yang masih dapat dimanfaatkan setelah pemakaian. Contohnya dengan mengumpulkan karton kemasan yang telah dibuang oleh konsumen untuk di daur ulang dan digunakan kembali sebagai kemasan produk.
2.      Praktik re-aktif
merupakan respon produsen atas perintah dari pihak yang memiliki peran, seperti pemerintah dan/atau organisasi yang bersangkutan. Regulasi dan legislasi menyebabkan produsen menerapkan GSCM pada rantai pasoknya.
Praktik-praktik ini dapat memberikan pengaruh pada kinerja dari perusahaan (performance). Tiga kinerja perusahaan yang dapat dilihat antara lain.
1.      Environmental performance à kinerja lingkungan merupakan kinerja yang indikator evaluasi dan evaluasinya dapat mengacu pada ISO 14031. Hal-hal yang dapat dijadikan indikator adalah penggunaan energi, penggunaan air, polusi/emisi udara pada rantai pasok, dan sebagainya.
2.  Economy performance à kinerja yang erat kaitannya dengan biaya produksi dan keuntungan (profit) pada perusahaan.
3. Intangible performance à kinerja yang berhubungan dengan citra perusahan, citra produk, dan loyalitas konsumen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaledo (Kaki Lembu Donggala) - Makanan Khas Sulawesi Tengah

Kaledo merupakan makanan khas Sulawesi Tengah, tepatnya di Donggala, Kota Palu yang berupa sop bening tulang kaki sapi dan sumsumnya yang disajikan saat masih panas. Bumbu-bumbu yang digunakan berupa cabe rawit, dan asam mentah yang terlebih dahulu direbus dan dihaluskan, serta garam secukupnya. Makanan ini banyak dihidangkan pada hari-hari besar oleh masyarakat Sulawesi Tengah, seperti Lebaran atau Idul Fitri. Biasanya, penyajiannya dipadukan dengan Burasa (nasi santan yang dibungkus daun pisang). Selain itu, kaledo khas Palu ini juga biasa dikonsumsi dengan singkong atau ubi rebus (Tjota, dkk., 2017) . Salah satu mata pencaharian Donggala adalah ternak sapi. Donggala memiliki ternak sapi yang khas yang dinamakan sapi Donggala. Sapi Donggala telah dibudidayakan secara turun-temurun, sehingga menjadi kekayaan sumber daya genetik ternak Indonesia. Sumber mata pencaharian inilah yang menciptakan suatu kuliner khas Donggala yang baru yang berbahan dasar daging sapi, yaitu Kaledo (Kak

TABLE MANNER

Table Manner  merupakan aturan etiket yang digunakan dalam sebuah jamuan makan yang terdiri dari beberapa tahap menu yang dihidangkan bergantian dari mulai pembuka (appetizer) sampai pada tahap penutup (dessert). Aturan dalam table manner mencakup penggunaan yang tepat dari peralatan makan. Selama ini table manner identik dengan acara jamuan makan resmi bergaya Barat. Sebenarnya tidak demikian. Etiket makan tidak hanya terdapat di negara-negara barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk Indonesia pun memiliki etiket makan masing-masing. Pertama kali, table manner diperkenalkan oleh Raja Louis dari Perancis yang memiliki kebiasaan mengadakan jamuan dan mengundang para bangsawan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Bagi bangsa Eropa, table manner merupakan aturan standar yang sering digunakan pada saat acara makan bersama di keluarga besar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi. Terdapat beberapa aturan  table manner  yang umum dipelajari,

MAKANAN KHAS INDONESIA HASIL ASIMILASI BUDAYA

Sebagai pembentuk dan penanda identitas kebudayaan suatu daerah, makanan (termasuk bahan pangan yang dapat dikonsumsi) merupakan bagian dari budaya masyarakat yang digolongkan sebagai bagian dari kebudayaan materiil   dan aspek sistem peralatan hidup. Menurut Den Hartog pada tahun 2006, makanan merupakan bagian yang menyatu antara budaya kelompok, agama dan bangsa. Pemaknaan tersebut menandai konsep mendasar mengenai makanan tradisional. Dalam sudut pandang ilmu pangan, ada kecenderungan bagi masyarakat untuk memperkenalkan makanan tradisional dari daerah mereka masing-masing, namun karena masifnya makanan modern dan makanan instan serta perubahan posisi makanan sebagai simbol ekspresi belaka, sehingga masyarakat memilih makanan tersebut menjadi konsumsi sehari-hari dan cenderung melupakan makanan khas daerahnya. Berikut merupakan beberapa contoh makanan khas Indonesia yang menjadi hasil dari asimilasi budaya: Siomay Siomay merupakan salah satu jenis dim sum yang digemari oleh m