Teknologi Push dan Market
Pull
Teknologi push merupakan suatu pengembangan riset dan
teknologi untuk memproduksi suatu produk baru walaupun tidak menjadi
kebutuhan pasar namun harus dapat menjadi kebutuhan pasar. Contoh dari teknologi push misalnya produk dodol rumput laut di Lombok. Pengembangan dodol rumput laut
tersebut dikarenakan melimpahnya rumput laut di Lombok, kemudian
dilanjutkan dengan riset-riset untuk memanfaatkan bahan baku rumput laut
tersebut menjadi sebuah produk pangan. Akhirnya, produk dodol rumput laut yang awalnya tidak
memiliki pasar, tetapi lama-kelamaan setelah dipasarkan, konsumen menjadi “terbiasa” dengan produk tersebut sehingga dodol
rumput laut pun menjadi kebutuhan pasar.
Market pull merupakan
pengembangan suatu teknologi atau alternatif baru dalam memproduksi produk
untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan pasar yang tinggi. Contoh dari market
pull yaitu produk minyak goreng berbahan dasar kelapa sawit. Pada awalnya, minyak goreng tidak
terbuat dari kelapa sawit, melainkan dari buah kelapa (Cocos nucifera).
Proses pembuatan minyak goreng dari buah kelapa dapat dibagi menjadi 2 yaitu
cara basah dan cara kering.
a. Cara basah: daging kelapa diparut, ditambahkan air, kemudian diekstraksi (diambil santannya), dipanaskan
(evaporasi hingga seluruh air menguap) hingga tersisa 2 bagian yaitu bagian
padat (yang disebut blondo) dan bagian cair (yang disebut minyak
kelapa).
b. Cara kering: daging kelapa dijemur sampai kering (disebut kopra), kemudian digiling
halus, lalu ditekan/di-press menggunakan penyaring hingga diperoleh minyak. Minyak tersebut kemudian
disaring kembali menggunakan bubuk arang batok (norit), lalu dipanaskan
sehingga ada bagian yang teruapkan, dan menyisakan ampas (yang disebut bungkil kelapa) dan minyak (yang disebut
minyak kelapa).
Kebutuhan minyak goreng di Indonesia semakin tinggi, sehingga bahan baku untuk pembuatan minyak berbahan dasarkan
kelapa menjadi kurang (kelapa membutuhkan
masa peremajaan yang cukup lama untuk dapat dipanen). Dalam mengatasi
kekurangan bahan baku pembuatan minyak, maka dicari alternatif baru untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Alternatif bahan baku minyak goreng tersebut diganti
dengan kelapa sawit yang memiliki masa peremajaan lebih
singkat dan efektivitas lebih tinggi (yield lebih tinggi).
Pembuatan minyak goreng kelapa sawit menggunakan bagian sabut kelapa
sawit. Minyak goreng dari kelapa
sawit ini tergolong dalam kondisi market pull karena pasar minyak goreng sudah
ada, tetapi bahan baku pembuatan kurang sehingga dilakukan alternatif substitusi
bahan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Komentar
Posting Komentar