Sejak zaman
dahulu, manajemen telah dipraktikkan meskipun saat itu teori manajemen mungkin
belum dirumuskan dengan komprehensif. Bahkan, barangkali manajemen telah lahir
sejalan dengan munculnya peradaban manusia. Peradaban Mesir Kuno
menghasilkan warisan yang spektakuler, yaitu piramida, bangunan yang mungkin
sudah Anda lihat dan kenal. Piramida merupakan bangunan raksasa. Pembangunan
piramida melibatkan ribuan orang (lebih dari 100.000 orang) dan membutuhkan
waktu sekitar 20 tahun untuk menyelesaikan satu piramida (ada beberapa piramida
yang dibangun). Untuk membangun konstruksi raksasa tersebut, jelas dibutuhkan
manajemen. Pasti ada manajer yang bertugas merencanakan, mengorganisasi,
mengoordinasikan, dan mengendalikan aktivitas, manusia, dan sumber daya agar
bangunan piramida tersebut bisa berdiri.
Adam Smith yang merupakan
salah satu tokoh ekonom klasik pada abad ke-18, melalui bukunya The Wealth of
Nations yang dipublikasikan pada tahun 1776 berargumentasi bahwa masyarakat
seharusnya melakukan pembagian tenaga kerja (division of labor) atau spesialisasi kerja (job specialization). Menurut Adam Smith, suatu tugas dapat
dipecah-pecah ke dalam bagian yang kecil. Kemudian, tugas tersebut bisa dilatih
dan dikerjakan berulang-ulang sehingga orang yang mengerjakan tugas tersebut
menjadi sangat ahli. Akibatnya, dia dapat mengerjakan hal tersebut lebih cepat dan
produktivitas nya pun akan meningkat. Teori spesialisasi tersebut mengilhami
banyak kalangan, termasuk pemikir-pemikir manajemen yang hidup setelah masa
Adam Smith. Meskipun manajemen telah dipraktikkan dan dibicarakan pada zaman
kuno, kejadian semacam itu relatif sporadis dan tidak ada upaya yang sistematis
untuk mempelajari manajemen. Oleh karena itu, selama beberapa abad kemudian manajemen
menjadi “terlupakan”. Selain itu ada
alasan lain yaitu ilmu ekonomi yang telah berkembang terlebih dulu. Bisnis atau
perdagangan dimasukkan dalam disiplin ekonomi. Ekonomi biasanya mengasumsikan
manajemen yang sudah efisien. Karena itu, studi manajemen tidak berkembang.
Alasan lain, manajemen sering dianggap sebagai seni atau praktik, bukan sebagai
sebuah ilmu.
Manajer yang baik tidak
perlu mempelajari teori manajemen, tetapi dapat ditunjukan dengan terjun
langsung ke lapangan. Status ilmu manajemen pada dasarnya sama seperti
keterampilan mengetik. Semakin sering seseorang mengetik, maka akan semakin
lancar kemampuan mengetiknya. Dengan demikian, tidak perlu belajar “ilmu
mengetik”. Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen
yang lebih serius. Pada waktu industrialisasi berkembang pesat,
perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan raksasa. Perusahaan besar,
seperti IBM atau General Motors, mulai muncul pada awal abad ke20-an. Pekerja
mencapai ribuan orang. Produksi dilakukan secara massal. Input masuk dalam
jumlah besar. Proses produksi harus dilakukan dengan cepat (efisien). Sehingga
menyebabkan pengelolaan perusahaan besar tentunya menjadi semakin kompleks dan
studi manajemen yang lebih serius semakin diperlukan.
sumber:
Adam, S. 1776. “An Inquiry into the Nature of Causes of the Wealth of Nations” dalam Mark Skusen (2005); Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern, Jakarta : Prenada.
Komentar
Posting Komentar