Pemanis
merupakan bahan tambahan pangan yang berupa pemanis alami dan pemanis buatan
yang memberikan rasa manis pada produk pangan. Pemanis alami merupakan pemanis yang dapat ditemukan dalam
bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi. Sedangkan
pemanis buatan merupakan pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa
tersebut tidak terdapat di alam. Pemanis buatan semakin banyak digunakan
sebagai pemanis dalam makanan. Hal itu disebabkan karena pemanis buatan
memiliki kemanisan yang sama bahkan lebih jika dibandingkan dengan pemanis
alami. Tetapi penggunaan pemanis buatan yang berlebihan akan menimbulkan dampak
toksik yang tidak baik pada kesehatan. Pemanis buatan pada umumnya memiliki ADI
(acceptable daily intake) yang ditentukan. Acceptable Daily Intake diartikan
sebagai jumlah maksimum senyawa kimia yang bisa dikonsumsi setiap hari secara
terus menerus tanpa menimbulkan resiko dalam kesehatan. Acceptable Daily Intake
sakarin 5 mg/kgBB/hari, siklamat 1 mg/kgBB/hari, aspartam 50 mg/kgBB/hari,
acesulfamK 15 mg/kgBB/hari, neotam 2 mg/kgBB/hari, dan sucralose 5 mg/kgBB/hari
(FDA, 2006). Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 4
tahun 2014, Acceptable Daily Intake sakarin 0-5 mg/kgBB, siklamat 0- 11
mg/kgBB, aspartam 0-40 mg/kgBB, acesulfam-K 0-15 mg/kgBB, neotam 0-2 mg/kgBB,
dan sucralose 0-15 mg/kgBB (BPOM, 2014).
Pemanis dapat
dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Contoh
pemanis alam sebagai berikut :
1) Berasal
dari tanaman yaitu : gula tebu (sukrosa) yang diekstrak dari tebu (Saccharum
officinarum L.) dan gula bit (sukrosa) yang diekstrak dari Bit (Beta vulgaris).
2) Berasal
dari penguraian (hidrolisis) karbohidrat, antara lain : glukosa, dekstrosa,
laktosa, fruktosa, galaktosa, sorbitol, manitol, gliserol, dan glisina.
Pemanis (gula) terbagi menjadi 2
berdasarkan proses pembuatannya, yaitu gula alami dan gula sintetis (buatan).
1.
Gula alami/pemanis alami. Pemanis alami biasanya
berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu
(Saccharum officanarum L) dan bit (Beta vulgaris L). Kedua jenis tanaman ini
sering disebut gula alam atau sukrosa. Selain sukrosa ada jenis pemanis alami
lain yang sering digunakan antara lain: laktosa, maltose, galaktosa, D-Glukosa,
D-Fruktosa, Sorbitol, Manitol, Gliserol, Glisina
2.
Gula sintetis/pemanis buatan. Gula sintetis
adalah bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan tetapi
tidak memiliki nilai gizi. Gula sintetis dibuat dengan bahan-bahan kimia di
laboratorium atau dalam suatu industri dengan tujuan memenuhi produksi gula
yang belum cukup dipenuhi oleh gula alami khususnya gula tebu. Contohnya:
sakarin, siklamat, aspartam, dulsim, sorbitol sintetis dan nitropropoksi-anilin.
Menurut
peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan RI Nomor 4 Tahun 2014 tentang
batas maksimum penggunaan bahan tambahan pemanis buatan yang diperbolehkan
adalah sakarin, siklamat, aspartam, acesulfam-K, neotam, dan sucralose dengan
jumlah yang dibatasi dengan Acceptable Daily Intake tertentu. Berikut ini nama
pemanis buatan dan Acceptable Daily Intake pada Tabel 1.
Meskipun sakarin dan siklamat
tergolong dalam bahan tambahan pangan yang diizinkan oleh pemerintah, namun
kewaspadaan terhadap penggunaan jenis pemanis buatan tersebut perlu dilakukan.
Hal ini dikarenakan dapat terjadinya berbagai efek negatif jika penggunaan
sakarin dan siklamat tidak sesuai aturan yang telah ditetapkan.
sumber:
BPOM. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Food and Drug Administration. 2006. Artificial sweeteners: No calories…sweet!
Komentar
Posting Komentar